Putri Tujuh



Dahulu, di Dumai terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Kerajaan itu bernama Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Cik Sima memiliki tujuh putri cantik. Di antara tujuh putri, yang termuda adalah yang paling cantik. Namanya Mayang Sari.


Suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di Lubuk Sarung Umai. Mereka tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikan mereka. Pangeran Empang Kuala yang tak sengaja melewati kawasan itu, terkesima dengan kecantikan ketujuh putri tersebut. Namun, matanya terpaku pada Putri Mayang Sari.


“Hmm, betapa cantiknya gadis itu. Gadis cantik di Lubuk Umai. Dumai… Dumai,” bisiknya pada dirinya sendiri


Sekembalinya ke kerajaan, Pangeran Empang Kuala memerintahkan utusannya untuk pergi ke Kerajaan Seri Bunga Tanjung untuk melamar Putri Mayang Sari. Secara tradisional, Cik Sima menolak melamar putri bungsunya, karena seharusnya putri sulung menerima lamaran terlebih dahulu.


Pangeran Empang Kuala sangat marah mendengar lamarannya ditolak. Lulu, ia mengerahkan pasukannya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Mendapat serangan itu, Cik Sima langsung mengamankan ketujuh putri tersebut ke dalam hutan. Mereka disembunyikan di sebuah lubang yang ditutupi dengan atap tanah dan diblokir oleh pepohonan. Cik Sima juga memberi makan tujuh putrinya selama tiga bulan. Setelah itu, Cik Sima kembali ke medan perang.


Pertempuran berlanjut selama berbulan-bulan. Sudah tiga bulan pertempuran belum berakhir dan pasukan Cik Sima semakin terdesak. Korban telah jatuh banyak dan kerajaan hancur. Akhirnya, Cik Sima meminta bantuan kepada jin yang sedang memenjarakan di Bukit Sungai Umai Hulu.


Ketika Pangeran Empang Kuala dan pasukannya sedang beristirahat di hilir Sungai Umai pada malam hari, tiba-tiba ribuan pohon bakau menimpa pasukan Pangeran Empang Kuala yang sedang beristirahat. Dalam sekejap pasukan bisa lumpuh. Pangeran Empang Kuala terluka.


Dalam kondisi yang begitu lemah, utusan Ratu Cik Sima datang.


“Saya datang sebagai utusan Ratu Seri Bunga Tanjung. Ratu meminta Tuan untuk menghentikan perang ini. Pertempuran ini tidak baik untuk kedua sisi sendawa. Itu hanya akan menyebabkan kesengsaraan, ”kata utusan Ratu Cik Sima


Pangeran Empang Kuala menyadari bahwa pihaknyalah yang memulai semua kerusakan ini. Akhirnya, dia memerintahkan pasukannya untuk mundur.


Sepeninggal pasukan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima bergegas ke tempat persembunyian ketujuh putrinya. Namun, ia sangat terpukul, karena melihat ketujuh putrinya telah meninggal karena kelaparan. Perang berlangsung lebih lama dari yang mereka kira, sehingga persediaan makanan yang tersisa tidak cukup.


Ratu Cik Sima tidak bisa menahan rasa penyesalan dan kesedihan atas kehilangan putri-putrinya. Dia jatuh sakit dan meninggal.


Konon, kata Dumai diambil dari perkataan Pangeran Empang Kuala saat melihat Putri Mayang Sari di sungai. Kini, di Kota Dumai terdapat sebuah situs bersejarah, yaitu wisma Putri Tujuh yang berada di kawasan kilang minyak PT Pertamina Dumai.

Comments

Popular posts from this blog

Bawang Merah dan Bawang Putih

Batu Menangis